“All can see and hear each other” (The World Urban Forum 2006)
“A livable city is a city where common spaces are the centers of social life and the foci of the entire community.” (E. Salzano, 1997. Seven Aims for the Livable City)
“Livability means that we experience ourselves as real persons in the city.” (A. Casellati. 1997. The Nature of Livability)
“The livable city is a city for all people. That means that the livable city should be attractive, worthwhile, safe for our children, for our older people, not only for the people who earn money there and then go and live outside in the suburbs and in the surrounding communities. For the children and elderly people it is especially important to have easy access to areas with green, where they have a place to play and meet each other, and talk with each other. The livable city is a city for all.” (D. Hahlweg, 1997. The City as a Family)
LATAR BELAKANG
Masyarakat kota, khususnya Kota Bandung pada dasarnya memiliki tingkat kenyamanan yang beragam terhadap elemen kota. Tidak seluruh golongan masyarakat merasa bahwa Kota Bandung merupakan kota yang tidak nyaman, kecuali yang bersinggungan langsung terhadap harkat hidup mereka masing-masing. Hal ini dinyatakan setelah peninjauan langsung terhadap responden di seluruh golongan masyarakat Kota Bandung. Beberapa hasil peninjauan menyatakan bahwa, keadaan yang tidak ideal tidak selamanya menjadikan masyarakat tidak nyaman akan elemen kota tersebut. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat dan stakeholder kota tentang potensi elemen kota yang dapat ditingkatkan menuju Bandung livable city.
Kampung kota, jalur sepeda, taman, ruang publik, transportasi publik, bangunan bersejarah, komunitas-komunitas di Bandung, manusia yang semakin sibuk sehingga tingkat stress dan individualisme meningkat, merupakan isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat Kota Bandung. Dari isu-isu yang ada kami menarik benang merah bahwa inti permasalahannya adalah kebutuhan masyarakat akan sebuah kota yang nyaman (livable city). Hal ini dikarenakan elemen kota yang pertama kali bersentuhan langsung dengan masyarakat itu berwujud fisik, elemen-elemen ini akan mendukung meningkatnya kualitas kota dan menuju kota yang berkelanjutan. Sebelum semuanya menuju kepada kota yang berlanjutan maka harus melalui proses nyaman terlebih dahulu dari tiap-tiap elemennya. Maka dari itu, diambilah tema besar: Bandung menuju Livable City, dengan nama acara ‘Gaung Bandung’ dan tagline ‘The sound for livable city’.
Menyambut ulang tahun ke-60 (Lustrum ke-XII) Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma, Institut Teknologi Bandung (IMA-G ITB) yang telah terbentuk sejak 15 November 1951, acara
Gaung Bandung ini akan menjadi puncak dari acara-acara ulang tahun IMA-G ITB sebelumnya yang mengedepankan isu ruang terbuka publik, di antaranya
Live for Life (2007),
Bandung 45° (2008),
Ulik Publik (2009), dan
RujaKota (2010).
Livable City?
Livable city adalah istilah untuk menggambarkan sebuah lingkungan suasana kota yang nyaman sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat untuk beraktivitas, baik dilihat dari aspek fisik atau nonfisik.
Kriteria penentu livable city diantaranya meliputi: kualitas penataan kota, jumlah ruang terbuka, perlindungan bangunan bersejarah, ketersediaan angkutan umum, kualitas kondisi jalan, kualitas fasilitas pejalan kaki, fasilitas kesehatan, pendidikan, rekreasi, tingkat aksesibilitas tempat kerja, tingkat kriminalitas, interaksi hubungan antar penduduk, informasi pelayanan publik, dan ketersediaan fasilitas kaum berkebutuhan khusus.
Berdasarkan kriteria di atas, Bandung masih jauh dari livable city yang kita inginkan. Meskipun demikian, sebenarnya Bandung memiliki potensi untuk menjadi livable city. Karena itu, melalui rangkaian acara Gaung Bandung yang akan dimulai dari Bulan Juni dan berakhir pada Bulan November, kami ingin membangkitkan semangat di kalangan masyarakat untuk menuju Bandung sebagai livable city. Batasan livable city yang akan kami intervensi adalah ruang publik yaitu ruang terbuka hijau dan koridor jalan yang merupakan tempat bertemunya semua elemen kota.
GAUNG BANDUNG
Gaung Bandung –
the sound for livable city
Menurut KBBI:
Gaung = gema, kumandang
Gaung Bandung yang bertemakan livable city ini bermaksud untuk mengajak seluruh elemen masyarakat kota untuk menyuarakan dan bergerak membentuk Kota Bandung yang nyaman.
Gaung berarti juga suara yang memantul sebagian, jadi saat kita (termasuk masyarakat) meneriakan Bandung akan kembali kepada kita dalam bentuk ‘dung’, jadi sebagian suara yang kembali pada kita dianalogikan sebagai manfaat bagi kita dan sebagian lainnya menjadi manfaat yang ditinggalkan untuk kota menuju kota yang lebih baik.
TUJUAN KEGIATAN
- Mensosialisasikan kota yang nyaman pada masyarakat
- Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam membentuk kota yang lebih nyaman
- Membuat masyarakat kota, khususnya Bandung agar memiliki kesadaran akan kota yang nyaman
- Memperingati 60 tahun berdirinya IMA-G ITB
Gaung Bandung merupakan rangkaian acara selebrasi ulang tahun IMA-G ITB yang berbeda dari ulang tahun-ulang tahun IMA-G ITB sebelumnya. Acara ini ditujukan untuk menjadi bahan refleksi, apresiasi, dan juga menjadi saat pemberian kontribusi bagi masyarakat sekitar.
Gaung Bandung terbagi menjadi 2 bagian besar acara, yaitu
Bakti dan
Selebrasi. Bakti secara umum adalah perwujudan keilmuan arsitektur kepada masyarakat Kota Bandung. Acara Bakti terbagi lagi menjadi 3, yaitu
Refleksi Kota,
Bandung Tanda Tanya, dan
Teriakkan Aksimu yang masing-masing memiliki acara-acara lain di tiap bagiannya. Sedangkan Selebrasi merupakan acara yang dirancang khusus untuk anggota IMA-G ITB, yaitu Temu Alumni, Pameran Napak Tilas IMA-G, dan
Gunadharma-Nite (G-Nite).